Bentuk Pengajian, Tak Canggung Gerilya ke Rumah Warga
Menjadi seorang penceramah bukanlah hal
yang mudah, sebab, kata-kata yang dikeluarkannya harus serupa dengan
tindakan yang dilakukannya. Bertujuan untuk membekali perempuan dengan
pengetahuan agama, Muslimah mendirikan pengajian Thoriqul Jannah sebagai
wadah untuk mencapai cita-citanya.
MEMASUKI gang yang
cukup sempit, tampak rumah teduh dengan cat berwarna putih. Ketika
memasuki rumah Muslimah, beberapa foto kiai, seperti Gus Dur, Gus Miek,
dan Kiai Hamid Pasuruan hingga Syeikh Abdul Qodir Jailani terpajang di
rumahnya. Perempuan 62 tahun tersebut berceita tentang perjalanannya
membina kaum perempuan.
Bermula ketika dia melihat lingkungan
sekitarnya tidak ada kegiatan sama sekali, khususnya kaum perempuan.
Shingga terbesit dalam dirinya untuk memanfaatkan ilmunya yang telah
diperoleh dari pesantren. Berbekal niat yang baik, dia mendatangi rumah
tetangganya di Desa Sempolan Silo.
Tak cukup sulit baginya mengajak para
perempuan mengadakan suatu kegiatan positif. Dalam waktu dekat, dia bisa
menegumpulkan peempuan di musala. Perkumpulan perempuan tersebut
disepakati untuk diisi dengan kegiatan pengajian. "Meliharat perempuan
berkeliaran, saya kumpulkan mereka," katanya.
Kelompok Pengajian hingga Maesan Bondowoso
Berawal dari perkumpulan pertama tersebut, Muslimah semakin bersemangat untuk menularkan ilmunya pada kaum perempuan di kampungnya. Tak puas dengan satu kelompok pengajian, dirinya juga mendatangi para perempuan di desa lain unutk membentuk kelompok pengajian perempuan.
Kelompok Pengajian hingga Maesan Bondowoso
Berawal dari perkumpulan pertama tersebut, Muslimah semakin bersemangat untuk menularkan ilmunya pada kaum perempuan di kampungnya. Tak puas dengan satu kelompok pengajian, dirinya juga mendatangi para perempuan di desa lain unutk membentuk kelompok pengajian perempuan.
Beberapa kelompok pengajian telah
terbentuk dan rutin diisi. Muslimah oun dipercaya untuk menjadi Ketua
Pengurus Anak Cabang (PAC) Muslimat NU di Sempolan. Kepercayaan tersebut
membuat dirinya semakin percaya diri untuk menyebarkan pengetahuan
agama kepada perempuan. "Saya dilantik bersama dengan dilantiknya Gus
Dur menjadi Presiden RI," katanya semangat.
Setelah menjadi salah satu dari pengurus
NU, dia terus mengembangkan sayap untuk membentuk kelompok pengajian
dilain kecamatan. Selain di Kecamatan Silo, terbentuk pula di Kecamata
Mayang, hingga menyusul kemudian di Maesan Bondowoso.
Namun, perjuangan tersebut sempat
mendapat cobaan pada tahun 2000, selepas mengisi pengajian yang hendak
pindah mengisi pengajian lainnya. Dia mengalami kecelakaan dan mengalami
cedera hingga dua tahun. "Waktu itu saya tertabrak sepeda dan dirawat
di rumah sakit Jakarta," kata ibu tiga anak tersebut.
Pada 2004, masa jabatannya sebagai ketua
PAC Muslimat NU selesai. Muslimah mendirikan kelompok pengajian bernama
Thoriqul Jannah untuk meneruskan cita-citanya mencerdaskan perempuan.
Pengajian yang rutin diselenggarakannya
selain diisi dengan tausiah keagamaan, juga diisi dengan kegiatan
seperti mengaji, shalawat hingga tahlil. "Terkadang, dalam satu hari ada
tiga pengajian," tambahnya. Kelompok pengajian tersebut selain untuk
memberikan pemahaman tentang kewajiban sebagai perempuan. Seperti cara
beribadah, mengurus keluarga, dan yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari, Juga untuk menjalin silaturahmi dengan warga lainnya.
Menurutnya, perempuan merupaka tiang
agama, apabila perempuan rusak, maka rusaklah agama. Denga pengajian
tersebut, Muslimah berharap agar para perempuan memiliki bekal untuk
dengan nilai-nilai Islam dan menjalani keseharian. "Hal yang penting
adalah penanaman akhlak bagi perempuan," pungkasnya. (c1/wah)
0 komentar:
Posting Komentar