Jumat, 17 Oktober 2014

perjuangan H.musalimah dalam merintis dan membina pengajian khusus perempuan di desa


Bentuk Pengajian, Tak Canggung Gerilya ke Rumah Warga
Menjadi seorang penceramah bukanlah hal yang mudah, sebab, kata-kata yang dikeluarkannya harus serupa dengan tindakan yang dilakukannya. Bertujuan untuk membekali perempuan dengan pengetahuan agama, Muslimah mendirikan pengajian Thoriqul Jannah sebagai wadah untuk mencapai cita-citanya.
MEMASUKI gang yang cukup sempit, tampak rumah teduh dengan cat berwarna putih. Ketika memasuki rumah Muslimah, beberapa foto kiai, seperti Gus Dur, Gus Miek, dan Kiai Hamid Pasuruan hingga Syeikh Abdul Qodir Jailani terpajang di rumahnya. Perempuan 62 tahun tersebut berceita tentang perjalanannya membina kaum perempuan.
Bermula ketika dia melihat lingkungan sekitarnya tidak ada kegiatan sama sekali, khususnya kaum perempuan. Shingga terbesit dalam dirinya untuk memanfaatkan ilmunya yang telah diperoleh dari pesantren. Berbekal niat yang baik, dia mendatangi rumah tetangganya di Desa Sempolan Silo.
Tak cukup sulit baginya mengajak para perempuan mengadakan suatu kegiatan positif. Dalam waktu dekat, dia bisa menegumpulkan peempuan di musala. Perkumpulan perempuan tersebut disepakati untuk diisi dengan kegiatan pengajian. "Meliharat perempuan berkeliaran, saya kumpulkan mereka," katanya.

Kelompok Pengajian hingga Maesan Bondowoso

Berawal dari perkumpulan pertama tersebut, Muslimah semakin bersemangat untuk menularkan ilmunya pada kaum perempuan di kampungnya. Tak puas dengan satu kelompok pengajian, dirinya juga mendatangi para perempuan di desa lain unutk membentuk kelompok pengajian perempuan.
Beberapa kelompok pengajian telah terbentuk dan rutin diisi. Muslimah oun dipercaya untuk menjadi Ketua Pengurus Anak Cabang (PAC) Muslimat NU di Sempolan. Kepercayaan tersebut membuat dirinya semakin percaya diri untuk menyebarkan pengetahuan agama kepada perempuan. "Saya dilantik bersama dengan dilantiknya Gus Dur menjadi Presiden RI," katanya semangat.
Setelah menjadi salah satu dari pengurus NU, dia terus mengembangkan sayap untuk membentuk kelompok pengajian dilain kecamatan. Selain di Kecamatan Silo, terbentuk pula di Kecamata Mayang, hingga menyusul kemudian di Maesan Bondowoso.
Namun, perjuangan tersebut sempat mendapat cobaan pada tahun 2000, selepas mengisi pengajian yang hendak pindah mengisi pengajian lainnya. Dia mengalami kecelakaan dan mengalami cedera hingga dua tahun. "Waktu itu saya tertabrak sepeda dan dirawat di rumah sakit Jakarta," kata ibu tiga anak tersebut.
Pada 2004, masa jabatannya sebagai ketua PAC Muslimat NU selesai. Muslimah mendirikan kelompok pengajian bernama Thoriqul Jannah untuk meneruskan cita-citanya mencerdaskan perempuan.
Pengajian yang rutin diselenggarakannya selain diisi dengan tausiah keagamaan, juga diisi dengan kegiatan seperti mengaji, shalawat hingga tahlil. "Terkadang, dalam satu hari ada tiga pengajian," tambahnya. Kelompok pengajian tersebut selain untuk memberikan pemahaman tentang kewajiban sebagai perempuan. Seperti cara beribadah, mengurus keluarga, dan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, Juga untuk menjalin silaturahmi dengan warga lainnya.
Menurutnya, perempuan merupaka tiang agama, apabila perempuan rusak, maka rusaklah agama. Denga pengajian tersebut, Muslimah berharap agar para perempuan memiliki bekal untuk dengan nilai-nilai Islam dan menjalani keseharian. "Hal yang penting adalah penanaman akhlak bagi perempuan," pungkasnya. (c1/wah)

0 komentar:

Posting Komentar